Minggu, 25 September 2011

Analisis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Ahmad Fauzan
Program Studi Diksatrasia
FKIP Untirta
 

ABSTRAK

Pada dasarnya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fisik, misalnya cerpen novel dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Seorang pengarang sering mengangkat fenomena yang terjadi di masyaraka. Dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut. Novel ini menceritakan suatu kisah cinta murni diantara sepasang remaja, yang dilandasi keikhlasan dan kesucian jiwa yang patut dijadikan tamsil ibarat. jalan ceritanya dilatar belakangi dengan peraturan-peraturan adat yang pusaka yang kokoh kuat sampai tokoh utamanya mengalami kejiwaan, dalam suatu negeri yang bersuku dan berlembaga, berkaum kerabat dan berninik mamak.

Kata Kunci : Analisis Roman, Kajian Religius, psikologis, Sosiologi

PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang
            Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar di nikmati oleh para pembaca. Seorang sering mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat. Dengan harapan para pembaca dapat mengambil hikmah dari fenomena tersebut. Novel ini sungguh menarik untuk di baca apa lagi untuk para remaja zaman sekarang, karena remaja zaman sekarang terlalu berlebihan dalam menjalani kisah cintanya. Mungkin kalau para remaja membaca novel ini akan sadar akan kesalahan yang mereka perbuat dalam menjalani sebuah kisah cinta. Makanya saya memilih novel ini.
            Dan yang lebih menarik lagi yang membuat saya ingin mengkaji novel ini karena novel ini kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra. Bahkan, satra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Istilah religiousmembawa konotasi pada agama. Religius dan agama erat berkaitan, berdampingan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karangan hamka, tampaknya merupakan karya fiksi Indonesia modern yang mulai memasukkan unsur keagamaan (islam) dalam sastra. Namun, agama di sana adalah agama sebagai keyakinan penuh para tokoh cerita, bukan keyakinan (syar’iat) agama yang di permasalahkan. Dengan kata lain, unsur agama itu sendiri tidak begitu berpengaruh pada konflik cerita. Konflik ceritanya sendiri masih berkisah pada adanya ketidak bebasan


memilih jodoh, ada pihak yang memaksakan


kehendak pada pihak lain yang menyebakan pihak itu menderita. Para penganut agama islam pun ternyata masih terkecoh atau lebih melihat sesuatu yang bersifat lahiriah. 

LANDASAN TEORI
            Psikolog Sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi. Dasar konsep dari psikologi sastra adalah munculnya jalan buntu dalam memahami sebuah karya sastra, sedangkan pemahaman dari sisi lain di anggap belum bisa mewadahi tuntutan psikis, oleh karena itu muncullah psikologi sastra yang berfungsi sebagai jembatan interfretasi, penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-aspek kejiwaan. Artinya, dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh baik yang tersembunyi atau sengaja di sembunyikan pengarang.

1. Hubungan
            Psikologi adalah kajian mengurai kejiwaan dan meneliti alam bawah sadar pengarang. Sedangkan hubungan antara sastra dengan psikolog karena munculnya istilah psikolog sastra yang membahas tentang hokum-hukum psikologyang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengrang berdasarkan kondisi psikologis yang dibangun oleh pengarangnya.

2. Konsep
            Psikologi adalah suatu seni yang biasanya menyajikan situasi yang terkadang tidak masuk akal dan suatu kejadian yang fantasktik. Psikologi dapat mengklasifikasikan pengarang berdasarkan tipe psikologi dan fisiologinya. Mereka bisa menguraikan kelainan jiwa, bahkan meneliti alam bawah sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen diluar sastra atau dari karya sastra itu sendiri.

3. Ciri-ciri
a) pengarang menghindari penyesuaian diri dengan norma masyarakat, karena hal itu berarti mematikan arus lingkungan.
b) adanya kemampuan membayangkan suatu bayangan yang bersifat indrawi.
c) susunan mental seorang penyair berbeda dengan susunan sebuah puisi.
d) sebagai gejolak emosi, suatu karya dapat menampilkan hubungan imajinasi dengan kepercayaan.
e) psikologi merupakan suatu p[ersiapan penciptaan.
f) bersumber dari kebiasaan untuk tidak berbeda-bedakan macam-macam penginderaan.

4. Manfaat
a) mempertajam kemampuan
b) membantu mengentalkan kepekaan pada kenyataan
c) member kesempatan untuk memjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya
d) studi tentang perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya karena jika dipakai dengan tepat, dapat membantu kita dapat melihat mana keretakan, ketidak teraturan, perubahan, dan distorsi yang penting dalam suatu karya sastra
e) menjelaskan tokoh dalam situasi cerita

5. Tokoh
a. Carl Jung
mengungkapkan bahwa dalam bawah sadar manusia ada kesadaran kolektif yakni daerah masa lalu umat manusia di masa sebelum manusia ada dan menciptakan tipologi dan psikologi yang rumit,

b. Freud
pengungkap konsepsi tentang seniman yang merupakan seseorang yang lari dari kenyataan dan hidup dalam fantasinya.

c. Erich
pengungkap kemampuan membayangkan hal-hal yang bersifat indrawi merupakan gejala menyatunya kemampuan berfikir dan pengindraan.

d. W. H. Auden
menekankan bahwa seniman boleh tetap menjadi orang neurotic kalau ia tahan.
    
           
PEMBAHASAN
            Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menceritakan suatu kisah cinta murni diantara sepasang remaja, yang dilandasi keikhlasan dan kesucian jiwa, yang dimana tokoh utamanya itu mengalami frustasi, kekecewaan dan kecintaannya yang sangat berlebihan kepada perempuan yang di sukainya makanya saya lebih menitik beratkan melalui pendekatan psikologis. Bahwa pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap karya sastra dari segi intrinsik, khususnya pada penokohan atau perwatakannya. Penekanan ini dipentingkan, sebab tokoh ceritalah yang banyak mengalami gejala kejiwaan. Dan yang jadi pertanyaan, kenapa Zainuddin fustasi dan kecewa? Jawabanya karena dia kecewa lamarannya telah di tolak oleh keluarga Hayati dengan alasan Zainuddin tidak mempunyai suku dan Zainuddin frustrasi bahkan hampir gila karena Hayati menikah dengan sepupunya Khadijah yang bernama Aziz.  
Ketimpangan Percintaan dalam Kehidupan
                Pada dasarnya pendekatan sosiologis sebagai alat Bantu untuk memahami keadaan di sekitar kita atau kehidupan baik dunia persahabatan, percintaan dan masih banyak lagi. Dalam novel “Teggelamnya Kapal Vander Wijck” pada dasarnya menceritakan kisah seorang Zamudin yang melakukan perjalanan ke kampung halamannya Minang Kabau dan sempat mengadu hasih dengan seseorang pujaan hatinya yaitu Hayati, namun dibalik itu kehidupan Zainuddin tidak mendapat respon sangat keluarganya, karena dia orang yang tidak mempunyai suku.
            Ketipangan yang terjadi dalam novel ini adalah tidak adanya dukungan dari keluarga dalam hubungan percintaan, karena hanya disebabkan salah satu pihak tidak diakui keaslian kesukuan seseorang yakni Zainuddin, karena adat Meningkabau harus suku asli di situ bukan sistem peranakan, ketika kita melihat kebelakang Zainuddin seorang keturunan Bangsawan akan tetapi ayahnya kawin dengan suku Mekasar (Makassar) sehingga Zainudin tidak diakui lagi sebagai orang suku Minangkabau.
            Ketimpangan didunia percitaan yang dialami Zainuddin adalah melanggarnya komitmen Hayati untuk menjalin kasih sayag walaupun tidak ada restu dari keluarga, sehingga memunculkan kekecewaan dari salah satu pihak dan hubungan sosial kedua bela pihak menjadi tidak baik dalam hubungan percintaan jauh lebih baik dari pada sebelumnya.
            Ketika kita melihat realita yang terjadi sekarang itu jauh lebih baik ketimbang dunia percintaan yang ada dalam novel “Tenggelamnya Kapal Vander Wijck” karena pada dasarnya hubungan percintaan saat ini tidak menekankan kepada etnis akan tetapi lebih mengedepankan kasih sayang dan perasaan karena yang  sifatnya demokrasi dalam bingkai kebersamaan sosial masyarakat.

B. Aspek keislaman dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick
Apabila membaca karya-karya Hamka, termasuk dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick, aspek-aspek keislaman dan dakwah keislaman dapat kita rasakan. Dalam novel tersebut, dakwah keislaman itu terasa dari penokohan yang dilakukan pengarang. Sebagai contoh, ada pernyataan dalam novel bahwa tokoh Zainuddin, setelah berpisah dengan Hayati, berniat dan bercita-cita untuk memper dalam ilmu dunia dan akhirat supaya kelak menjadi seorang yang berguna. Angan-angan Zainuddin adalah menjadi orang alim, sehingga apabila kembali kekampungnya dapat membawa ilmu. Zainuddin sendiri adalah turunan dari ayah dan ibu ahli ibadah.
Apa yang dilakukan Hamka dalam penokohan diatas, menurut saya adalah salah satu cara dakwah yang dilakukanya, suatu upaya untuk menumbuhkan kepada pembaca bahwa betapa mulia orang yang berilmu dan ahli ibadah. Dakwah yang dilakukan itu sangat halus. Adapun aspek-aspek religius itu yakni, Aqidah, Syari’ah, dan akhlak. Adapun yang penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut sebagai berikut:

1.    Aqidah
            Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick karya Hamka aqidah atau  kepercayaannya sangat kental dengan budaya islami untuk lebih jelasnya penulis memaparkan penggalan ceritanya sebagai berikut :
“………….lepaskan saya berangakat kepadang. Kabarnya konon, disana hari ini telah ada sekolah agama. Pelajaran akhirat telah diatur dengan sebagus-bagusnya apalagi, puncak singgalang dan merapi sangat keras seruannya kepada ku rasanya. Saya hendak melihat tanah asalku, tanah tempat ayahku dilahirkan hadulunya. Mak Base banyak orang memuji daerah Padang, banyak orang yang bilang agama islam masuk kemaripun dari sanah. Lepaskan saya berangkat kesana.(1986:22)

2.    Syari’ah
Kata syari’ah adalah bahasa Arab yang diambil dari rumpum kata syari’ah. Dalam bahasa Indonesia artinya jalan raya. Kemudian bermakna jalannya hokum, dengan kata lain perundang-undangan. Karena itu pula dengan perkataan atau istilah “Syari’ah Islam” memberi arti hidup yang harus dilalui atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh seorang yang beragama islam. Hokum Tuhan itu adalah Syari’ah itu mengandung kebenaran mutlak, artinya tidak ada kelemahan dan pertentanagan dalam dirinya sendiri.

3.    Akhlak
Akhlak islam adalah suatu sikap mental dan perbuatan yang luhur. Dan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjickkarya Hamka, penulis menemukan berbagai akhlak yang sangat mulia terutama dari pemeran utama yakni tokoh Zainuddin. Kebaikan moral Zainuddin bias kita lihat pada penggalan cerita berikut ini:
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didik ahli seni, ahli syair, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”.(1986:27)

C. Analisis Struktur Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka
Analisis karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengakji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Analisis strukturalnya sebagai berikut:

1.    Tema
                Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka ini tanyang kisah cinta yang taksampai antara Zainuddin dengan Hayati karena dihalangi oleh tembok besar yang disebut adat. Tema cinta tak sampai adalah tema pokok dari Roman Tenggelamnya Kapal Van der wijck. Karena masalah yang menyaran pada tidak sampainya cinta Zainuddin kepada Hayati. Selain ada tema utama dalam roman Tenggelamnya Kapal Vander Wijch juga ada tema bawahan atau tema minor yakni kawin paksa antara tokoh Hayati dengan tokoh Aziz, masalah adat dan lain sebagainya. Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat.
Adapula penggalan ceritanya:
“…….apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada sampai”.(1986:123)

2. Tokoh
            Dalam roman Tenggelamnya Kapal Vander Wijch ditampilkan tokoh utama yakni Zainuddin, Hayati, Aziz, dan Khadijah. Keempat tokoh ini ditampilkan secara langsung dan disajikan dengan cakapan/dialog, tingkah laku, tehnik arus kesadaran, tehnik reaksi tokoh, tehnik reaksi tokoh lain, tehnik penulisan fisik, dasn pikiran tokoh. Di pihak lain selain tokoh-tokoh utama ada juga tokoh tambahan yang menjadi penunjang hadirnya tokoh utama yakni Base (orang tua angkat dari tokoh Zainuddin) yang ditampilkan secara langsung dengan cakapan/dialog, tingkah laku, reaksi tokoh, lukisan fisik, dan pikiran tokoh. Tokoh Mande Jamilah (bako tokoh Zainuddin) yang ditampilkan langsung, keluarga Hayati yang ditampilkan dengan langsung, tokoh muluk dan orang tuanya yang ditampilkan secara langsung pula. Semua tokoh-tokoh diatas baik tokoh utama maupun tokoh tambahan kadangkala ditampilkan dengan penokohan campuran yaitu metode kombinasi dengan cara-cara yang ada agar lebih efektif dan menarik.

3. Alur/Plato
            Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur yakni:

Penyituasian
Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain.
Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasian.
“Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khaya”.(1986: 10)

Konflik
Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini:
“Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusun belumlah orang dapat memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari.Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut mata.Anak-anak muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah.Bagi mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak berpenjaga.yang terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak”.(1986:57)

Tahap Peningkatan Konflik
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini:
”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang Rp.3000,- yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang makhluk yang tawakkal”.(1986:118)

Klimaks
Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama) yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut:
“Bila terjadi akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”.(1986:198)

Penyelesaian
Tahap penyelasaian dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk sahabatnya Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati.

4. Setting/latar
Latar dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berlatar di daerah Minangkabau dan Makasar.
5. Sudut Pandang
Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Penggalan cerita pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sebagai berikut:
“Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya”.(1986:26)

6. Karakter
Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terdapat beberapa karakter diantaranya:
Karakter utama (mayor karakter, protagonis) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh karakter utama yang ada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Zainuddin, yang memiliki sopan santun dan kebaikan pada semua orang. Sedangkan yang lainnya yang menjadi tokoh protagonisnya adalah tokoh Hayati yang menjadi kekasih Zainuddin. Penggalan cerita yang menunjukkan Zainuddin adalah karakter yang baik adalah:
“Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”.(1986:27)
Karakter pendukung (minor karakter, antagonis) sosok tokoh antagonis dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz di sini mempunyai sikap yang kasar dan sering menyakiti istrinya, dan tidak mempunyai tanggung jawab dalam keluarga dan selalu berbuat kejahatan karena sering main judi dan main perempuan.
“…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam kesudut hati Hayati…..sial”. (1986:180)
Sedangkan yang menjadi karakter pelengkap adalah Muluk dan Mak Base karena keduanya adalah sosok yang bijak dan selalu berada di samping tokoh utama untuk memberi nasehat dan sangat setia menemani tokoh utama sampai akhir cerita.

7. Gaya Bahasa
Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita berikut ini:
“Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat………..”. (1986:22)

8. Amanat
Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut ini:
“Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. (1986:223)

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Struktur novel terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam novel ini menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik.
2. Unsur religiusitas novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung aspek aqidah, syariah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke


dalam novel ini.            



Daftar Pustaka
Abrams,M.H.1976.The Mirror and The Lamp:Romantic Theory and The Critical Tradition.oxfrod.
Agger,Ben.2003.Teori Sosial Kritis, Kritik, Penerapan dan implikasinya.Kreasi wacana.Yogyakarta.
Milner,Max.1992.Freud dan interfretasi  sastra. Intermassa: Jakarta

4 komentar: